SURAH AL-MA'UN
“KEBUTUHAN SEHARl-HARI”
بِِسْمِ
اللَّهِ
الرَّحْمَنِ
الرَّحِيمِ
Dengan Nama
Allah, Maha Pengasih, Maha Penyayang.
Surah ini dan sebagian besar surah berikutnya dianggap sebagai surah
Makkiyah, tapi sebagian di antaranya seperti
Surah al-Nashr, yang tempat
asalnya jelas sekali, konon diturunkan di Madinah.
أَرَأَيْتَ
الَّذِي
يُكَذِّبُ
بِالدِّينِ
1.
Apakah
engkau melihat orang yang mendustakan catatan kehidupan [agama]?
فَذَلِكَ
الَّذِي
يَدُعُّ
الْيَتِيمَ
2. Itulah orang yang
menghardik anak yatim,
Allah bertanya,
'Tidakkah kau lihat, tidakkah kau saksikan orang yang menyangkal
din
yang benar, jalan hidup yang benar, cara ibadah yang benar, cara perilaku yang benar?
Secara historis, banyak orang yang secara khusus teridentifikasi sekaitan
dengan turunnya surah ini, termasuk Abu Sufyan. Mereka adalah orang-orang yang
telah dimintai tolong oleh orang yang tersingkir dari masyarakat, atau anak
yatim. Mereka adalah orang-orang kaya, yang sanggup memberikan pertolongan.
Ayat ini berlaku bagi kita semua sekarang apabila kita menyangkal pengetahuan
yang bersifat pribadi dan langsung, pengetahuan bahwa yang ada hanyalah Realitas
Tunggal. Dalam hal ini kita semua bisa mengalami ketersingkiran juga.
Anak yatim tidak mempunyai penjaga manusia yang memiliki hubungan
biologis dan emosional dengannya. Barangsiapa sudi menerima peran penjagaan
tersebut berarti ia sedang menjalankan kerahman-rahiman sang Pencipta. Dengan
demikian ia melaksanakan perbuatan yang paling mulia. Barangsiapa mengabaikan
anak yatim berarti sedang meniadakan kasih sayang dan cinta sang Pencipta bagi
dirinya sendiri. Karena, meskipun kita bukan anak yatim dalam arti garis
keturunan manusia yang terputus, kita masing-masing teryatimkan dari akar kita,
dari Pencipta sejati kita.
وَلَا
يَحُضُّ
عَلَى
طَعَامِ
الْمِسْكِينِ
3.
Dan tidak mendorong memberi makan
orang miskin.
Orang-orang ini
tidak menolong, juga tidak mendorong orang lain untuk melakukan pertolongan.
Miskin
menggambarkan seseorang yang telah menyerah karena fakir (melarat), orang yang
faqr-nya,
kemelaratannya, telah menyebabkannya tidak bisa istirahat dan senang. Ia telah
hidup dalam kemelaratan sampai benar-benar pasrah dan tidak ada lagi cita-cita.
فَوَيْلٌ
لِّلْمُصَلِّينَ
4. Maka celakalah orang-orang yang salat!
Ini adalah keadaan sesungguhnya dari kita semua. Jika kita menganggap
keadaan nyata kita sebagai kemiskinan spiritual, jika kita melihat pada
ketakberdayaan kita dalam segala hal, dan jika kita benar-benar tunduk secara
batinah, maka kita harus mengakui bahwa kita semua adalah miskin. Dengan
mengakui kenyataan ini, kita harus menolong orang-orang yang terbenam dalam
kemelaratan total.
الَّذِينَ
هُمْ عَن
صَلَاتِهِمْ
سَاهُونَ
5. Mereka yang lalai dalam
salat mereka.
الَّذِينَ
هُمْ
يُرَاؤُون
6.
Mereka yang ingin
dilihat,
Saha berarti 'melupakan, melalaikan, tidak
memperdulikan'.
Sahin berarti 'pelupa atau tidak hati-hati'.
Sajdah
al-sahw (sujud sahwi) adalah praktik kaum muslim apabila terluput satu
rakaat salat; mereka harus menyempumakannya dengan melakukan sujud tambahan.
Ayat ini berkenaan dengan orang-orang yang tidak sadar akan realitas
di ba!ik salat dan yang kehilangan makna salat. Secara lahiriah, maksudnya
adalah orang yang melaksanakan salat secara munafik, untuk dilihat orang lain,
dan sekadar melaksanakan gerakan-gerakan lahir untuk menyenangkan penonton.
Ihsan
(kebaikan) yang paling tinggi adalah
'ubudiyah (ibadah, pengabdian) yang
nyata, dan
'ubudiyah seperti itu terwujud dalam penegakkan secara
lahiriah lima salat yang tulus. Namun, orang-orang yang dimaksud di sini adalah
mereka yang telah kehilangan makna salat; mereka kehilangan lautan cahaya yang
memancar dari perbuatan yang berulang-ulang itu.
وَيَمْنَعُونَ
الْمَاعُونَ
7.
Dan tidak mau
memberikan kebutuhan sehari-hari [kepada sesamanya].
Paling tidak, yang dapat dilakukan seseorang secara lahiriah adalah
bersedekah dari kekayaannya, meiTiberikan sebagian harta bendanya kepada orang
lain untuk membantu mereka. Pada waktu itu ayat ini merupakan perintah kepada
setiap orang untuk berbagi.
Ma'un dalam penggunaan bahasa Arab
sehari-hari berarti 'piring untuk menyajikan makanan', dan dengan perluasan
makna menjadi berarti setiap barang yang berguna.
Makna surah ini adalah bahwa kita harus menggunakan
segala alat yang ada untuk membantu orang lain mengurangi beban penderitaan
lahiriah mereka sampai mereka mengakui kebenaran
din yang merupakan
kewajiban mereka.[]